Dulur Cilegon, ada kabar yang bikin Nelayan Cilegon resah. Laut tempat mereka mencari ikan terancam tergusur akibat rencana pengembangan Pelabuhan PT Krakatau Bandar Samudera (KBS). Kenapa bisa begitu? Yuk, kita ulas lebih dalam!
Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Cilegon menolak tegas rencana pengembangan pelabuhan dan fasilitas penunjang lainnya yang berlokasi di perairan Selat Sunda.
Ketua DPC HNSI Kota Cilegon, Rufaji Zahuri, mengungkapkan bahwa nelayan yang paling terdampak justru tidak dilibatkan dalam pembahasan dokumen Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) yang menjadi syarat penting untuk izin proyek tersebut. "Masyarakat yang terdampak wajib diundang dalam proses penyusunan dan sidang dokumen Amdal," tegas Rufaji.
Mengutip dari halaman berita radarbanten.co.id (25/03/2025), Rufaji menyoroti bahwa PT KBS adalah pelabuhan curah terbesar di Indonesia dan lokasinya sangat dekat dengan kawasan nelayan kecil. Ia menekankan bahwa jika nelayan tidak diundang, bagaimana mereka bisa memberikan masukan? "Padahal, yang paling terdampak oleh proyek ini nantinya adalah para nelayan Cilegon," tambahnya.
Rufaji juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap sekitar 1.200 nelayan di Cilegon yang semakin terdesak akibat pembangunan yang mengancam wilayah mereka. "Nelayan jangan dianggap orang bodoh atau tidak berpendidikan.
Kami rela lautnya tercemar dan pangkalannya tergusur, tapi jangan sampai kami terus-menerus dikorbankan tanpa dilibatkan dalam pengambilan keputusan," ungkapnya.
Sebagai bentuk protes, HNSI Kota Cilegon mengancam akan menggelar aksi unjuk rasa di depan Jetty PT KBS. "Kami menolak rencana pengembangan Pelabuhan dan Fasilitas Penunjang Lainnya milik PT KBS. Ini adalah bentuk perlawanan terhadap kesewenang-wenangan mereka," tegas Rufaji.
Semoga suara nelayan Cilegon didengar dan hak mereka tidak terabaikan. Gimana pendapatmu tentang situasi ini, dulur?
Sumber: radarbanten.co.id