Dulur fakta Cilegon, kalian tahu gak... Cak Imin, Ketua Umum PKB, baru-baru ini memberikan ceramah penting kepada Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PDT), Yandri Susanto.
Dia mengingatkan agar para pejabat publik lebih berhati-hati dalam menjalankan tugasnya, terutama setelah kasus cawe-cawe di Pilkada Serang yang melibatkan Yandri.
Melansir dari halaman web rmol.id (26/02/2025), Cak Imin menegaskan bahwa keputusan Mahkamah Konstitusi yang memerintahkan pemilihan ulang di Pilkada Serang harus menjadi pelajaran berharga. "Ini jadi pelajaran penting ya agar hati-hati sebagai pejabat publik," ungkapnya.
Nasehat tersebut terlontar karena adanya keterlibatan Yandri dalam kemenangan istrinya, Ratu Rachmatuzakiyah, yang berpasangan dengan Muhammad Najib Hamas.
Cak Imin juga menekankan bahwa putusan Mahkamah Konstitusi bersifat final dan mengikat. "Sudah diputuskan Mahkamah Konstitusi, tentu harus kita taati," tegasnya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya integritas dan tanggung jawab dalam jabatan publik.
Sejak dilantik sebagai Mendes PDT, Yandri Susanto sudah beberapa kali terseret kontroversi.
Seperti yang dilansir dari kompas.com (25/02/2025) belum genap seminggu menjabat, Yandri sudah menuai polemik setelah penggunaan surat berkop resmi kementerian untuk acara pribadinya terungkap ke publik.
Pada 22 Oktober 2024, Yandri menggelar acara tasyakuran di Pondok Pesantren Bai Mahdi Sholeh Ma'mun, Serang, Banten, yang sekaligus menjadi peringatan haul kedua ibundanya, Hj. Biasmawati.
Namun, undangan acara itu menggunakan kop surat dan stempel resmi Kementerian PDT, yang memicu kritik dari berbagai pihak, termasuk mantan Menko Polhukam Mahfud MD. "Kalau benar ada surat itu maka hal tersebut salah. Kop surat dan stempel resmi tak boleh dipakai untuk acara pribadi dan keluarga," tulis Mahfud di Instagram.
Menanggapi sorotan publik, Yandri mengakui adanya surat tersebut, namun menegaskan bahwa acara itu murni untuk mengenang ibundanya. "Ini tidak ada kaitan dengan politik. Kalau soal surat, nanti bisa dikoreksi, tapi tidak ada yang disalahgunakan," ujarnya.
Tak hanya itu, Yandri juga pernah menyoroti praktik dugaan pemerasan terhadap kepala desa yang dilakukan oleh oknum LSM dan wartawan bodrek. "Yang paling banyak mengganggu kepala desa itu dua, LSM sama wartawan bodrek," kata Yandri dalam sebuah acara di kanal YouTube Kemendes PDT.
Pernyataan ini menuai reaksi beragam, terutama dari kalangan jurnalis yang menilai ucapannya tendensius.
Kasus ini menjadi sorotan publik dan mengundang berbagai reaksi. Mendes Yandri sendiri membantah terlibat dalam praktik cawe-cawe istrinya sebagai Cabup Serang, namun situasi ini tetap memicu desakan agar dia mundur dari jabatannya.
Sumber: rmol.id & kompas.com