Dulur Cilegon, ada yang menarik nih dari diskusi bedah buku "No LC No Party" karya Rahmatullah Safra’i, atau yang akrab disapa Mang Pram. Acara ini berlangsung di Kafe Luang Persona pada Rabu malam (26/2/2025) dan mengundang banyak tokoh penting, termasuk Kyai Haji Hafidin dan Ahmad Fauzi Chan. Diskusi ini memicu perdebatan seru tentang realitas hiburan malam di Cilegon.
Melansir dari halaman web rubrikbanten.com (27/02/2025), Mang Pram menjelaskan bahwa bukunya adalah cerminan dari apa yang ia lihat langsung. “Saya sebagai penulis atau wartawan lebih enak jika apa yang saya tulis itu sudah saya lihat langsung. Saya masuk, saya eksplorasi, saya dokumentasikan,” ungkapnya. Namun, keberaniannya ini tidak lepas dari kritik, terutama dari mereka yang merasa bahwa hiburan malam bukanlah bagian dari identitas Cilegon.
Mang Pram menegaskan bahwa fenomena hiburan malam ini nyata dan tidak bisa diabaikan. “Saya tidak menjustifikasi profesi LC atau mereka yang bekerja di dunia hiburan malam, tapi saya ingin mengungkapkan realitas yang ada,” tegasnya. Ia juga menyoroti fakta mencengangkan bahwa jumlah kamar LC di Cilegon lebih banyak dibandingkan kamar santri. “Kamar santri di Cilegon kalah banyak dibandingkan jumlah kamar LC,” ujarnya.
Menurutnya, pertumbuhan industri dan banyaknya pendatang memperburuk masalah sosial di kota ini. “Banyak pendatang, banyak industri, dan itu membawa dampak sosial yang besar,” tambahnya. Ia juga menyinggung tentang keberadaan alkohol di tempat hiburan malam yang tetap eksis meskipun ada larangan dari pemerintah daerah.
Ahmad Fauzi Chan, Ketua PWI Cilegon, mengapresiasi keberanian Mang Pram dalam mengangkat isu ini. “Di Cilegon, hanya Mang Pram yang berani mengangkat tema ini dan menjadikannya sebuah karya jurnalistik abadi,” katanya. Ia menambahkan bahwa kritik sosial yang disampaikan Mang Pram sangat relevan di era media sosial saat ini, di mana kajian mendalam sering kali terabaikan.
“Jurnalis punya kekuatan untuk mengatakan sesuatu itu salah, berdasarkan reportase dan verifikasi yang jelas. Ini peran yang tidak boleh diremehkan,” pungkas Ichan. Diskusi ini menunjukkan bahwa meskipun ada tantangan, penting untuk terus mengangkat isu-isu yang relevan demi kemajuan masyarakat.
Sumber: rubrikbanten.com